Monday, January 21, 2013

Resensi Novel Sepasang Mata Malaikat



Judul               : Sepasang Mata Malaikat
Penulis             : Ambhita Dhyaningrum
Penerbit           : Tiga Serangkai, 2006
Tebal               : 170 halaman
Oleh                : Aditya Nugroho

Ambhita dhyaningrum, begitu orang tuanya memberi nama. Dialah pengarang novel ini, ia sangat gemar menulis. Dia ingin sekali member arti pada kehidupan orang  banyak Dia memiliki anak perempuan yang lahir pada 27 November 2004, namanya Raia Digna Amanda. Suaminya bernama Ichwan Budi Utomo. Dialah orang yang selalu memberi motivasi baginya.

Sumber inspirasi penulisan novel ini berasal dari teman Ambhita yang bernama Anik Sulistywati yang berpengalaman menjadi seorang reporter sehingga ia membuat novel ini yang berlatar belakangdunia jurnalistik.
Latifah, gadis sholeha yang bekerja di kantor majalah cantik sebagai junior reporter. Ia tinggal bersama bibinya sepeninggal kedua orang tuanya. Sepupu latifah sangat memusuhinya, sepupunya bernama Risma yang merupakan anak semata wayang bibi Hindun.
Suatu hari, Niken yang merupakan rekan kerja Latifah memberi tugas kepadanya untuk mewawancarai Rajendra yang merupakan penulis novel tenar pada saat itu. Keesokan harinya Latifah mendatangi Radio Idola untuk menemi Rajendra. Namun, tidak membuahkan hasil. Rajendra bergegas pulang dan tidak menepati  janji wawancaranya dengan Latifah. Saat itu, ia bertemu dengan kawan lamanya, ia meminta informasi tentang Rajendra dan Latifah menghubungi Rajendra untuk mengadakan wawancara pengganti.
Keesokan harinya, ia mendatangi rumah Rajendra. Di sanalah terjadi wawancara yang sangat mencekam karena cerita pengalaman-pengalaman Rajendra. Rajendra yang sangat taat beragama, ternyata dulu pernah mengalami kehidupan kelam. Mabuk-mabukan, main perempuan sering dilakukannya. Karena sering bermain dengan dunia malam, kesehatannya pun terganggu.
Namun setelah memeriksakan penyakit yang dideritanya, Rajendra tertabrak mobil. Saat itu ia melihat ruhnya keluar dari raganya yang tergeletak bersimbah darah dijalan. Kemudian ia pergi ke suatu tempat. Disitu ia melihat akan peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya saat hidup di dunia. Ia melihat pula temannya yang sering mabuk-mabukkan disiksa di alam sana. Orang-orang telah mengira Rajendra telah meninggal. Tapi tidak, Rajendra terbangun dari tidur panjangnya setelah melakukan perjalanan gaib. Setelah itu, Rajendra berubeh menjadi pribadi yang lebih baik.
Buku ini sangat bagus untuk dijadikan bacaan untuk kalangan remaja ataupun dewasa, karena penuh dengan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai moral. Cerita yang termuat di dalamnya selalu mengingatkan kita akan kehidupan yang kekal setelah kehidupan dunia. Ceritanya dikemas dan disajikan dengan menarik dan dinamis serta dilengkapi dengan kutipan ayat-ayat Alqur’an. Namun masih terjadi  kesalahan dalam penulisan huruf dan ada beberapa kalimat yang dapat menimbulkan ambigu.
Novel ini mengandung nilai-nilai keagamaan yang sangat kental. Mengajarkan kita untuk selalu ingat akan peristiwa yang pasti terjadi, namun sering dilupakan yaitu kematian.   




                                                                       

1 komentar:

Unknown said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment